Monthly Archives - September 2024

Cara Mencegah dan Mengendalikan Asma

Asma adalah peradangan kronik saluran napas yang menyebabkan penyempitan dan hiper-reaktivitas saluran napas. Asma dapat mengenai semua umur. Lebih sering pada usia anak dan dewasa muda.

Begitu penjelasan Perawat Mahir RSUD Dungus, Esti Kusuma Wardani, A.Md.Kep, saat menjadi pemateri penyuluhan asma di hadapan puluhan pasien dan keluarga pasien di ruang tunggu instalasi rawat jalan RSUD Dungus, pada Selasa, 17 September 2024.

Esti menjelaskan, asma tidak dapat sembuh, namun dapat dikendalikan agar gejala tidak muncul dan dapat hidup normal.

Kata Esti, gejala asma mempunyai ciri khas yakni seringkali timbul bila ada faktor pencetus, dapat berulang dan di antaranya ada periode bebas serangan, sering memburuk pada malam hari atau dini hari, dapat reda dengan pengobatan dan terkadang dapat reda tanpa pengobatan (spontan).

“Waspada serangan asma berat. Apabila terjadi gejala yang memberat dan tidak dapat berkurang dengan obat-obatan yang biasa digunakan, segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan,” pesan Esti.

Sementara faktor pencetus asma adalah faktor yang dapat memicu timbulnya asma yang tidak selalu sama untuk setiap individu penderita asma.

Contoh faktor pencetus asma antara lain tungau debu rumah; bulu binatang; asap rokok; polusi udara, pabrik, dan kendaraan bermotor; infeksi saluran pernapasan; serbuk sari bunga; asap rumah tangga; emosi berlebihan; perubahan cuaca; asap pembunuh nyamuk bakar; obat-obatan tertentu; makanan, minuman dingin, penyedap rasa, pengawet, dan pewarna makanan; bau-bauan yang menusuk, hingga kecapaian atau kelelahan fisik.

Cara mencegah dan mengendalikan asma adalah dengan menghindari penggunaan kasur dan bantal kapuk. “Gunakan kasur dan bantal sintesis (busa atau dacron). Jangan lupa ganti sprei secara teratur,” pesannya.

Selain itu, jaga kebersihan perabotan rumah. “Usahakan tidak memakai karpet di dalam rumah atau kamar tidur,” imbaunya.

Cara selanjutnya adalah menghindari penggunaan kipas angin karena bisa menerbangkan debu. “Bila menggunakan AC, bersihkan filter secara rutin,” pesannya.

Cara lainnya adalah berhenti merokok dan menghindari asap rokok, gizi yang cukup dan seimbang, olahraga teratur, patuh menggunakan obat pengontrol teratur sesuai anjuran dokter, dan gunakan masker bila menyapu lantai atau di tempat yang berisiko terkena debu atau polusi.

Esti juga membagikan tanda-tanda asma terkendali. “Dalam empat minggu terakhir, tidak pernah terbangun malam hari karena gejala asma, obat pereda/pelega jarang digunakan kurang dari dua kali dalam seminggu, gejala asma yang timbul kurang dari dua kali dalam seminggu, dan aktivitas tidak terganggu karena asma,” jelasnya.

Pada anak, asma tidak terkendali dapat berdampak mengganggu pola tidur anak, mengganggu tumbuh kembang anak, membatasi aktivitas anak sehari-hari, meningkatkan angka absensi sekolah, hingga menyebabkan prestasi akademik di sekolah menurun.

“Agar asma terkendali, gunakan obat asma secara teratur dengan teknik yang benar,” pesannya.

Jenis obat asma sendiri ada dua, yakni obat pelega/pereda dan obat pengontrol/pengendali.

“Obat pelega/pereda untuk meredakan serangan asma. Obat ini dipakai hanya pada saat serangan. Bila sudah reda, obat dapat dihentikan. Jika pemakaian menjadi sering, menandakan asma tidak terkendali,” terang Esti.

Sementara obat pengontrol/pengendali untuk menekan reaksi peradangan penyebab asma. Digunakan untuk mencegah serangan asma.

"Terapi asma yang dianjurkan berbentuk inhalasi karena mengenai sasaran di saluran pernapasan,” tutup Esti.

Read more...

Cara Mencegah Anemia pada Remaja Putri

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dungus kembali melakukan penyuluhan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) di SMKN 3 Madiun, Jawa Timur.

Salah satu materi yang diberikan adalah cara mencegah anemia pada remaja putri. Materi itu disampaikan oleh Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil RSUD Dungus, Luthfiana Mayang Andraini, A.Md.AK.

“Anemia merupakan kondisi di mana tubuh mengalami penurunan atau sel darah merah berada di bawah kisaran normal. Hal itu terjadi akibat kurangnya hemoglobin (Hb) atau protein kaya zat besi sehingga mempengaruhi sel darah merah,”jelas wanita yang akrab disapa Mayang itu, pada Kamis, 12 September 2024.

Mayang (tengah) bersama siswa-siswi SMKN 3 Madiun.

Mayang juga menjelaskan tanda-tanda anemia. “Apakah kamu merasa lemah, letih, lesu, lunglai, dan lemas? Lalu pucat pada telapak tangan, wajah, dan gusi? Serta sesak nafas, pusing, dan ngantuk? Kemudian mata berkunang-kunang? Apabila kamu merasa mengalami hal tersebut, kamu harus berhati-hati, karena itu adalah tanda dan gejala dari anemia,” bebernya.

Jika mempunyai tanda-tanda di atas, Mayang menyarankan untuk segera cek kadar Hb di puskesmas terdekat.

Tambah Mayang, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 persen. Artinya, tiga dari 10 remaja menderita anemia.

“Remaja putri merupakan kelompok yang rentan terkena anemia karena mereka menstruasi setiap bulan. Menstruasi menyebabkan remaja putri kehilangan banyak darah, sehingga membutuhkan zat besi tiga kali lebih banyak dari laki-laki,” terangnya.

Selain itu, diet ketat juga menjadi penyebab anemia. Remaja putri seringkali menjaga penampilan dan keinginan untuk tetap langsing. Sementara diet yang dilakukan tidak memperhatikan asupan zat besi, sehingga asupan gizi yang masuk kurang dari seharusnya.

Tak lupa, Mayang membeberkan dampak anemia pada remaja.

Pertama, mengalami gangguan fungsi kognitif. Sebuah penelitian menyebutkan dari 50 orang yang terkena anemia, 26 di antaranya mengalami kemampuan kognitif yang buruk.

Kedua, remaja putri akan beranjak dewasa, menikah, hamil, dan melahirkan. “Remaja putri dengan anemia, beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan stunting,” terangnya.

Ketiga, daya konsentrasi menurun karena Hb tidak bisa berfungsi dengan baik, Hb tidak bisa membawa oksigen ke otak, akibatnya akan mengalami gejala pusing dan mengantuk. “Penderita jadi tidak produktif akibat anemia,” ucapnya.

Cara mencegah anemia pada remaja adalah meningkatkan konsumsi zat besi dari sumber alami, terutama sumber hewani yang mudah diserap, seperti ayam, telur, ikan, dan daging.

“Lalu makan sayur dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C. Contohnya daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas,” sebutnya.

“Juga menghindari makanan yang menghambat zat besi. Seperti mengonsumsi teh dan kopi setelah makan, karena mengandung tanin dan kafein,” imbuhnya.

Terakhir, mengonsumsi tablet tambah darah sesuai petunjuk yang benar.

Selain materi cara mencegah anemia, Mayang juga memberikan materi PHBS dan bahaya merokok kepada 53 siswa dan 47 siswi SMKN 3 Madiun. Sementara materi kesehatan mental dipaparkan oleh Psikolog Klinis RSUD Dungus, Zulfany Safira N, M.Psi.,Psikolog.

Read more...

Penyebab, Gejala, dan Tips Mencegah Gigi Berlubang

Makanan manis, makanan lengket atau lembek, juga makanan atau minuman asam dan berkarbonat merupakan penyebab gigi berlubang.

Hal itu dijelaskan oleh Dokter Gigi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dungus, drg. Primawati Dyah Rohmayani, saat penyuluhan pencegahan gigi berlubang sejak dini, di ruang tunggu instalasi rawat jalan RSUD Dungus, pada Senin, 9 September 2024.

Primawati menjelaskan, gigi berlubang atau karies gigi adalah kondisi gigi yang rusak akibat terkikisnya lapisan terluar gigi atau enamel.

“Kondisi ini disebabkan oleh penumpukan bakteri di mulut akibat sering mengonsumsi makanan manis dan tidak menjaga kebersihan mulut,” jelasnya di hadapan puluhan pasien dan keluarga pasien.

Kata dia, gigi berlubang berawal dari plak yang menempel di gigi. Plak gigi berasal dari sisa makanan yang mengandung gula dan pati, yang mana bila semakin menumpuk akan menjadi kerak gigi. “Jika tidak dibersihkan, plak ini akan diubah menjadi asam oleh bakteri alami di dalam mulut,” jelasnya.

Lanjut dia, asam yang dihasilkan dari plak kemudian secara perlahan mengikis lapisan terluar gigi. Lama-kelamaan, lubang pun terbentuk di gigi.

“Jika dibiarkan, bakteri dan asam akan masuk lebih dalam sampai ke pulpa gigi, yaitu bagian gigi yang terdiri dari saraf dan pembuluh darah,” terangnya.

Masih kata Primawati, gigi berlubang dapat menyebabkan sejumlah komplikasi jika dibiarkan tidak terobati.

“Seperti sulit mengunyah makanan, nyeri gigi yang berlangsung terus menerus, gigi patah atau tanggal, pembengkakan atau muncul nanah di sekitar gigi yang berlubang, pulpitis (peradangan pada saluran akar gigi), abses gigi, hingga polip pulpa,” jelasnya.

Gejala Gigi Berlubang

“Gejala gigi berlubang pada tiap orang bisa berbeda, tergantung pada lokasi dan ukuran lubang yang terbentuk. Ketika lubang baru terbentuk dan masih berukuran kecil, gejala mungkin tidak terasa. Namun ketika lubang sudah makin membesar, tanda dan gejala yang dapat muncul setidaknya ada enam,” uap Primawati.

Pertama, jelas dia, yakni gigi sensitif.

Kedua, sakit gigi ketika menggigit.

Ketiga, nyeri di gigi yang terjadi secara spontan tanpa sebab yang jelas.

Keempat, ngilu atau nyeri saat mengonsumsi makanan atau minuman yang manis, dingin, atau panas.

Kelima, lubang yang terlihat jelas di gigi.

Terakhir, noda putih, cokelat, atau hitam pada permukaan gigi.

Cara Mencegah Gigi Berlubang

Setidaknya ada empat tips mencegah gigi berlubang, yakni menyikat gigi, flossing, mengontrol makanan, dan control ke dokter gigi minimal enam bulan sekali.

“Untuk menyikat gigi sendiri, perlu diperhatikan pemilihan sikat gigi yang benar, pemilihan pasta gigi yang benar, cara menyikat gigi yang baik dan benar, juga waktu menyikat gigi yang baik dan benar,” terangnya.

Cara memilih sikat gigi yang benar adalah gagang yang lurus, kepala sikat sesuai dengan ukuran mulut, dan bulu sikat yang halus.

Sementara cara memilih pasta gigi yang benar adalah mengandung fluoride, gunakan hanya sebesar biji jagung, dan sesuaikan dengan kebutuhan. “Apabila gigi sensitif, lebih baik menggunakan pasta gigi sensitif,” imbaunya.

Cara menyikat gigi yang baik dan benar adalah gosok seluruh permukaan gigi, gusi, dan lidah. “Untuk gigi atas, gerakkan sikat dari atas ke bawah. Untuk gigi bawah, gerakan sikat dari bawah ke atas,” pesannya.

Selain itu, posisi sikat 45 derajat di daerah perbatasan gusi dan gigi, kumur satu kali saja, dan sikat lidah menggunakan sikat gigi atau pembersih lidah.

Untuk waktu menyikat gigi yang baik, jelas Primawati, adalah minimal dua kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. “Penambahan obat kumur bila diperlukan,” pesannya.

Tips kedua adalah flossing. Primawati membagikan cara melakukan flossing yakni potong benang floss secukupnya, lalu lilitkan di jari telunjuk atau tengah tangan kanan dan kiri dan pegang dengan kuat, kemudian masukkan di antara sela dua gigi, gerakkan benang naik turun, jangan sampai melukasi gusi, dan ulangi pada seluruh gigi.

Tips ketiga adalah mengontol makanan. Primawati berpesan untuk makan makanan berserat seperti buah dan sayur, hindari makanan manis dan lengkat, dan setelah makan, usahakan menyikat gigi atau minimal kumur dengan air besar.

Tips terakhir adalah kontrol ke dokter gigi minimal enam bulan sekali karena gigi berlubang harus segera ditambal untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Dia berharap, penyuluhan ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang cara pencegahan gigi berlubang secara mandiri dan menyosialisasikan pentingnya pemerikaaan gigi secara rutin ke dokter gigi untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Read more...