Linimasa Persiapan Proklamasi Kemerdekaan RI Tahun 1945

Linimasa Persiapan Proklamasi Kemerdekaan RI Tahun 1945

Kemerdekaan bagi suatu negara adalah gambaran kedaulatan bangsa yang sudah lepas dari belenggu penjajahan, begitu pula bagi Bangsa Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan kunci pembuka hubungan diplomasi dengan negara lain, dan tanda Indonesia adalah negara berdaulat.

Sebagai warga negara Indonesia, ada linimasa persiapan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) Tahun 1945 yang perlu diketahui. 

Jika ditarik lagi ke linimasa pada tahun 1945, persiapan Proklamasi Kemerdekaan RI berawal dari 1 Maret, Jenderal Kumakici Harada mengumumkan akan membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam Bahasa Jepang BPUPKI dikenal dengan istilah Dokuritus Junbi Co Sakai, yang merupakan sebuah badan yang dibentuk pemerintahan angkatan darat XVI Jepang di Jawa. 

Pembentukan ini sebagai implementasi janji Koiso dan menghadapi kondisi kritis, Pemerintah Pendudukan Jepang di Jawa (Gunseikan). Badan ini beranggotakan 67 orang dengan tugas utama mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. 

Susunan Pengurus BPUPKI terdiri dari badan perundingan dan kantor tata usaha. Struktur badan perundingan terdiri dari seorang Kaico (ketua), dua orang Fuku Kaico (Ketua Muda), 60 orang anggota, termasuk 4 orang dari golongan Cina, 1orang dari golongan Arab dan 1 orang peranakan Belanda. Anggota istimewa (Tokubetsu Iin) BPUPKI sebanyak 8 orang. Anggota BPUPKI dilantik oleh Letnan Jenderal Yuichiro Nagano yang menggantikan Kumakichi Harada pada 26 April 1945.

BPUPKI ini akhirnya terbentuk pada 29 April 1945 melalui Maklumat Gunseikan. Pembentukan ini adalah langkah konkrit pelaksanaan Janji Kemerdekaan terhadap Indonesia. 

Pada 29 Mei hingga 1 Juni 1945, sidang pertama BPUPKI yang dipimpin oleh dr. Radjiman Wediodiningrat sebagai ketua BPUPKI diadakan. Awal pembukaan Sidang pertama BPUPKI dilakukan pengibaran bendera Hinomaru oleh AK Pringgodigdoo dan pengibaran Bendera Merah putih oleh Toyohiko Masuda.

Peristiwa ini membangkitkan semangat para anggota BPUPKI untuk segera menyelesaikan persiapan kemerdekaan Indonesia. BPUPKI mulai mengadakan sidang pertama menjawab pertanyaan ketua sidang dr. Radjiman tentang dasar bagi Negara Indonesia yang akan merdeka nantinya.

Salah satu yang berpidato adalah Ki Bagus Hadikusumo yang mengajukan Islam sebagai dasar Negara. Soekarno, pada 1 Juni 1945 mengusulkan dasar negara dalam 3 istilah: Pancasila , Trisila dan Ekasila.

Lalu, menyikapi hasil sidang pertama, BPUPKI membentuk panitia kecil di bawah pimpinan Ir. Soekarno dengan anggota Drs. Moh. Hatta, Soetardjo Kartohadikusmo, Wachid Hasjim, Ki Bagus Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Moh.Yamin, dan A.A. Maramis. Panitia Kecil ini bertugas menampung usul dan konsep para anggota BPUPKI. Mereka mengadakan rapat dengan 38 anggota BPUPKI yang juga anggota Chuo Sangiin. 

Rapat ini membentuk panitia kecil lainnya yang dikenal dengan sebutan panitia 9. Panitia menyusun rumusan Dasar Negara berdasarkan pemandangan umum. Hasil sidang dikenal sebagai Piagam Jakarta atau Gentlemen Agreement pada 22 Juni 1945.

Masa sidang kedua BPUPKI berlangsung dari 10 sampai dengan 17 Juli 1945, di sidang kedua BPUPKI membahas wilayah Negara, rancangan UUD, pembentukan panitia perancang UUD. 

Pada 7 Agustus 1945, pemerintahan Tokyo memberikan ijin pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Untuk pembentukannya Jenderal Terauchi di Dalat (Vietnam) memanggil 3 tokoh Nasional Indonesia, yakni ketua BPUPKI dr Radjiman, Ketua PPKI Ir Soekarno dan Wakil Ketua PPKI Drs. Moh. Hatta. 

Pada tanggal 9 Agustus 1945, tiga anggota PPKI, Ir. Soekarno, Drs. M Hatta dan dr. Radjiman Wedyodiningrat datang ke Markas Besar Tentara Jepang Wilayah Selatan di Dalat, Vietnam menemui Panglima Wilayah Selatan, Jenderal Besar Terauchi Hisaichi. 

Dalam perjalanan tersebut rombongan menginap semalam di Singapura. Tim melanjutkan perjalanan menuju Dalat dengan terlebih dahulu singgah di Saigon (Ho Chi Minh City) dan bermalam disana. 

Dari Saigon mereka berangkat pagi-pagi sekali menuju Dalat. Dalam pertemuan di Dalat pada 12 Agustus 1945, Jenderal Terauchi menyampaikan bahwa pemerintah Jepang memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.

Tiga tokoh tersebut, kemudian meninggalkan kota Dalat, Vietnam pada 14 Agustus 1945 dan mengetahui penyerahan Jepang kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945. 

Setibanya di tanah air, mereka dihadapkan pada tuntutan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Muncul perbedaan antara mereka dan Golongan Muda. Perbedaan ini menyebabkan Soekarno dan Hatta diculik oleh golongan muda pemuda ke Rengasdengklok. 

Namun akhirnya mereka mengizinkan Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta untuk merapatkan rencana kemerdekaan. Hal ini atas usaha Mr. Ahmad Soebardjo.

16 Agustus 1945 dini hari sekelompok pemuda menjemput Bung Karno dan Bung Hatta untuk dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. 16 Agustus 1945 pukul 17.30, Ahmad Subardjo dan Jusuf Kunto menjemput Bung Karno dan Bung Hatta untuk dibawa kembali ke Jakarta.

Setelah di Jakarta, tokoh pergerakan kemerdekaan memilih Rumah Laksamana Tadashi Maeda untuk menyusun naskah proklamasi atas saran dari Mr. Ahmad Soebardjo. Pemilihan ini mempertimbangkan faktor keamanan bagi perumusan naskah proklamasi.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 02.00 WIB, Soekarno memimpin rapat persiapan kemerdekaan dan perumusan naskah proklamasi kemerdekaan di rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1, Jakarta. Hadir dalam rapat tersebut diantaranya adalah Moh. Hatta, Ahmad Soebardjo, Soekarni, B.M. Diah, Sudiro dan Sayuti Melik.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, Soekarno didampingi Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Pembacaan naskah proklamasi diikuti pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief Hendraningrat yang menggantikan Kasman Singodimedjo. 

Pembacaan teks proklamasi dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (sekarang menjadi jalan Proklamasi). Pembacaan teks proklamasi dilakukan oleh Ir. Soekarno didampingi oleh Moh.Hatta. 

Setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan selesai, kemudian dilanjutkan dengan upacara pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief Hendraningrat dan Suhud Sastro Kusumo. 

Linimasa persiapan Proklamasi Kemerdekaan RI Tahun 1945 ini, adalah sejarah yang perlu diketahui masyarakat sebagai warga negara Indonesia. Karena dengan mengingat linimasa Proklamasi Kemerdekaan semangat nasionalis dan jiwa patriotisme akan tetap ada terutama bagi generasi muda sebagai penerus bangsa, untuk Indonesia Emas mendatang di Tahun 2045. (vin/hjr)

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *